Minggu, 24 Agustus 2008

PEMBAHASAN JIWA

Sebelum membahas jiwa dari berbagai ahli, mari kita lihat referensi utama Alqur`anul Karim tentang jiwa. Pada surat Az-zumar 42 diterangkan, “sesungguhnya Allah mematikan manusia di waktu ia meninggal dunia dan menonaktifkan jiwanya waktu ia tidur. Maka jiwa (roh) yang sudah wafat ditahan-Nya. Dan jiwa (roh yang dinonaktifkan-Nya waktu ia tidur) dikembalikan-Nya (tatkala ia sudah bangun) sampai waktu yang ditentukan (sampai datang saat kematiannya). Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berfikir”.

Pernah orang-orang musyrik pada zaman Nabi mempertanyakan masalah roh. Apa jawaban Allah? Dalam surat Al-Israa 85 diterangkan : Mereka , bertanya kepada engkau tentang roh, katakanalah “roh itu masuk urusan Tuhanku. Kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Kata roh atau rohani berasal dari bahas arab, dalam bahasa latin adalah `anima`, yang berarti sesuatu yang menyebabkan suatu jasad/jasmani itu hidup. Dalam bahasa Yunani ada istilah `psyche` yang berarti jiwa. Kata inilah setelah ditambah kata `logos` (ilmu) menjadi kata psikologi yang berarti ilmu tentang jiwa manusia. Sedangkan kalau ditambah kata `atrie` (obat) menjadi kata psikiatri, yang berarti ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit.

Kodrad atau fitrah manusia adalah rohani-jasmani, jiwa-raga, sukma-tubuh, psikis-fisik. Dengan kodrat manusia yang rohaniah menyebabkan manusia itu berfikir, mengerti, dan memahami segala sesuatu yang ada atau yang mungkin tidak ada. Sedangkan kodrat manusia yang jasmaniah menyebabkan manusia dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik.

Roh menyebabkan suatu jasad bisa hidup. Roh yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan disebut roh nabati (anima vegetativa), yang memiliki karakteristik bisa tumbuh, membesar, dan berbiak. Pada hewan disebut roh hewani (anima sensitiva), yang memiliki karakteristik bisa tumbuh, membesar, beranak, dan memiliki kesensitifan/insting. Pada manusia disebut roh insani (anima intellectiva), yang memiliki karakteristik bisa tumbuh, membesar, beranak-cucu, sensitif/insting, dan berakal.

Jadi, perbedaan antara jasad yang hidup dan jasad yang mati terletak pada ada atau tidaknya zat penyebab hidup itu yang terdapat di dalam jasad makhluk yang bersangkutan. Zat penyebab hidup itulah yang kita kenal sebagai roh/jiwa (Salam, 1988:48).

Selanjutnya dengan roh itu mata dapat melihat, telinga dapat mendengar, jantung dapat memompa darah, paru-paru dapat mengatur peredaran darah dan pernafasan, kaki dapat berjalan, tangan dapat bekerja. Dengan rod itu kita berfikir, berperasaan, berkesadaran, dan berpengetahuan. Kita dapat membedakan nilai-nilai antarayang indah dan jelek, yang benar dan salah, serta dapat membedakan nuansa antara siang dan malam, dan masih banyak lagi. Apabila roh telah meninggalkan jasad kita maka berakhirlah segala fungsi jasad kita. Dalam waktu yang singkat tubuh yang ditinggalkan oleh roh akan menjadi rusak, hancur, dan akhirnya menjadi busuk didalam liang lahat.

Hal penting yang harus diingatkan, bahwa roh kita berfungsi menghidupkan. Oleh karena itu roh tidak dapat mati bahkan kekal dan abadi tanpa mengalami perubahan sedikitpun.
Dalam Al-Quran surat Ali Imran 185, Allah menggariskan, ”Tiap-tiap (yang bernyawa) pasti akan merasakan mati”. Lalu kemanakah roh itu ? Jawabannya ada pada surat Al-Ankabut 57, ”(setelah) setiap jiwa akan merasakan kematian, kemudian kamu sekalian dikembalikan kepada Kami”.